Sebagai orang daerah tentunya akan mengerti segala hal serta seluk-beluk tentang daerahnya sendiri. Misal tentang sejarah, tata letak ruang dearah, hingga kabar terhangat yang tengah marak. Hal ini mungkin akan terasa sulit apabila kita hidup dizaman 1700 kebawah. Faktor utamanya jelas, minimnya sumber informasi yang dapat diakses pada zaman itu.
Berbeda halnya dengan era Android ini, hampir semua orang memiliki perangkat fleksibel nan canggih ini. Darinya kita bisa mendapatkan jutaan informasi yang baru saja terfikir dibenak. Terlebih prosedurnya sangatlah mudah, hanya dengan menarikan jari tangan di atas layar Andorid. Mudah banget!
Namun faktanya, justru orang lama lah yang lebih mengetahui tentang sejarah serta informasi tentang daerahnya. Manusia kekinian justru masa bodo dengan hal itu. Tentu hal ini tidak secara keseluruhan. Pasti ada saja orang yang keluar dari sifat orang kebanyakan dan mempunyai ciri tersendiri.
Akan tetapi dapat dipastikan apabila lebih banyak orang demikian. Tidak usah membicarakan orang dahulu, biarlah mereka tenang di alam sana. Kita fokuskan pembahasan ini ke manusia kekinian. Mereka yang cenderung autis namun tidak ada hasil. Tak menghiraukan kondsi sekitar hanya untuk konsentrasi ke layar 4 inchi. Menyapa teman dunia maya, namun kekasih disampingnya terabaikan. Miris...!
Memang tidak ada yang menyalahkan apabila menjadi autis, pasiv terhadap kondisi sekitar, serta menjadi pribadi yang misterius di dunia nyata. Namun ingat, sebagai orang daerah, jangan memalukan daerahnya sendiri.
Yang saya maksud adalah menjadi orang populer di dunia maya tidak selamanya hanya beinteraksi di dunia maya saja. Di dunia nyata tentunya orang tersebut membutuhkan interaksi juga dengan orang laen. Dalam hal ini, bagaimana hasilnya apabila orang tersebut diharuskan untuk berinteraksi dengan orang daerah laen? gak bisa jawab?
Cukup sekian dulu lah mungkin ya, lain waktu akan saya sambung agar lebih mudah dipahami. Hanya saja waktu sekarang belum cukup untuk melengkapi pendapat saya. Hatur nuwun.
Tapi bagi anda orang daerah, khususnya Jogja, jangan segan dan jangan lupa untuk selalu memantau perihal kabar sehari-hari serta pengetahuan hingga sejarah di Jogja di Berita Jogja
Berbeda halnya dengan era Android ini, hampir semua orang memiliki perangkat fleksibel nan canggih ini. Darinya kita bisa mendapatkan jutaan informasi yang baru saja terfikir dibenak. Terlebih prosedurnya sangatlah mudah, hanya dengan menarikan jari tangan di atas layar Andorid. Mudah banget!
Namun faktanya, justru orang lama lah yang lebih mengetahui tentang sejarah serta informasi tentang daerahnya. Manusia kekinian justru masa bodo dengan hal itu. Tentu hal ini tidak secara keseluruhan. Pasti ada saja orang yang keluar dari sifat orang kebanyakan dan mempunyai ciri tersendiri.
Akan tetapi dapat dipastikan apabila lebih banyak orang demikian. Tidak usah membicarakan orang dahulu, biarlah mereka tenang di alam sana. Kita fokuskan pembahasan ini ke manusia kekinian. Mereka yang cenderung autis namun tidak ada hasil. Tak menghiraukan kondsi sekitar hanya untuk konsentrasi ke layar 4 inchi. Menyapa teman dunia maya, namun kekasih disampingnya terabaikan. Miris...!
Memang tidak ada yang menyalahkan apabila menjadi autis, pasiv terhadap kondisi sekitar, serta menjadi pribadi yang misterius di dunia nyata. Namun ingat, sebagai orang daerah, jangan memalukan daerahnya sendiri.
Yang saya maksud adalah menjadi orang populer di dunia maya tidak selamanya hanya beinteraksi di dunia maya saja. Di dunia nyata tentunya orang tersebut membutuhkan interaksi juga dengan orang laen. Dalam hal ini, bagaimana hasilnya apabila orang tersebut diharuskan untuk berinteraksi dengan orang daerah laen? gak bisa jawab?
Cukup sekian dulu lah mungkin ya, lain waktu akan saya sambung agar lebih mudah dipahami. Hanya saja waktu sekarang belum cukup untuk melengkapi pendapat saya. Hatur nuwun.
Tapi bagi anda orang daerah, khususnya Jogja, jangan segan dan jangan lupa untuk selalu memantau perihal kabar sehari-hari serta pengetahuan hingga sejarah di Jogja di Berita Jogja
Jangan lupa untuk meninggalkan komentar di bawah. Karena menurut saya, sebuah komentar adalah bentuk apresiasi paling sederhana. Terlebih komentar adalah sebuah penghargaan daripada hanya melihat, menengok terus pergi. Jadi, jangan segan untuk berkomentar.
Tag :
Lain
0 Komentar untuk "Orang Jogja, baeknya "Njogjani" (bagian pertama)"