Penuh Kepalsuan


Aku yakin semua insan pernah merasakan posisi ini. Posisi dimana orang-orang mencoba untuk tetap tersenyum walaupun didalam hatinya tersayat-sayat. Kebanyakan dari mereka mungkin hanya beberapa saat atau hanya pada momen-momen tertentu saja. Lebih tepatnya berpura-pura tersenyum gembira hanya saat dihadapan orang-orang tertentu saja. Seperti saat di depan pacar, bos, dan lainnya. Dan tidak tersenyum lagi saat sedih dengan teman atau orang lain.

Hal itu sama sekali tidak sama denganku sampai kapanpun. Diri ini mungkin sama dengan kebanyakan orang yang selalu tersenyum disaat hati terluka. Tetapi aku selalu saja tersenyum kepada semua orang, seolah-olah semuanya berjalan seperti apa yang aku harapkan. Aku selalu berharap bahwa semua orang yang aku hadapi tidak merasa kasihan kepadaku, walaupun itu hanya sedikit. Padahal jauh di dalam hati ini terpendam sejuta siksaan, bak neraka yang berpindah tempat ke hatiku.

Terlebih lagi di dalam kehidupanku bercinta. Aku tidak pernah mengeluh ataupun sedikit bersedih dihadapan pasanganku. Mungkin aku pernah bersedih dihadapan pasanganku, tetapi itu di dalam konteks bercanda saja. Aku selalu mencoba untuk tersenyum, berharap pasanganku berfikiran kalau aku selalu nyaman bersamanya disetiap saat. Baik itu saat sedih ataupun saat gembira. Aku sadari semua itu penuh kepalsuan belaka. Tetapi aka dayaku? Aku tak pernah mampu untuk menunjukkan wajah asliku yang penuh penderitaan ini. Bagiku itu cukup aku derita sendiri saja, walaupun itu dengan pasanganku.

Saat berinteraksi dengan teman-temanku pun, aku selalu berpura-pura. Tersenyum riang walaupun semua temanku bergantian menghina, mencaci maki dan memarahiku. Aku tetap saja mencoba untuk selalu tersenyum. Terlebih lagi aku sudah terbiasa dengan kepalsuan ini. Tak pernah sedikitpun aku berharap salah satu temanku tahu beban yang aku pikul ini.

Sakit hati ini mungkin tidak akan pernah terobati, walaupun dengan obat apapun. Penderitaan yang ku alami sejak kecil, dan selalu tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa membuatku terbiasa dengan keadaan seperti ini. Walaupun badai tsunami bertubi-tubi menghantamku, walaupun para pemain sepak bola profesional bergantian menendangkan bolanya ke mukaku, aku yakin aku akan kuat. Aku tidak akan tergoncang walaupun sesaat. Itu aku anggap sebagai salau satu segi positiv dari apa yang aku derita sampai saat ini.

Kalau aku mampu menunjukkan diri ini yang sebenarnya. Manusia yang penuh dengan kebencian, penuh dengan penderitaan. Aku tidak akan pernah mempunyai teman. Aku tidak akan pernah merasakan sepercik indahnya cinta. Aku pikir lebih baik aku seperti ini sampai kapanpun. Karena dengan seperti ini aku mampu merasakan cinta, bisa merasakan indahnya berteman. Walaupun itu pedih.


Jangan lupa untuk meninggalkan komentar di bawah. Karena menurut saya, sebuah komentar adalah bentuk apresiasi paling sederhana. Terlebih komentar adalah sebuah penghargaan daripada hanya melihat, menengok terus pergi. Jadi, jangan segan untuk berkomentar.




Tag : curhat
0 Komentar untuk "Penuh Kepalsuan"

Back To Top