Balada Pasukan Kuning



Selasa pagi pukul 10.00 WIB, terlihat empat orang tengah sibuk mengangkat penutup gorong-gorong bebentuk persegi dan berbahan beton. Dua orang menggunakan linggis untuk mengangkat penutup tersebut. Sedangkan sisanya secara bersamaan mengangkat beton berat tersebut dengan tangan kosong.

Tidak jauh dari mereka, empat orang lain juga tengah sibuk menggarap hal lain. Dua orang mengeluarkan tanah kering serta sampah dari dalam gorong-gorong dan dua lainnya mengangkat ember yang telah terisi tanah kering serta sampah dari dalam gorong-gorong untuk dikumpulkan di tepi jalan.

Mereka berdelapan yang lebih akrab dengan panggilan Pasukan Kuning tersebut tengah sibuk membersihkan saluran air di Jl. Hayam Wuruk No. 118, Yogyakarta.

Dari delapan orang tersebut, terlihat seseorang yang lebih tua dibanding yang lain. Kulitnya mulai keriput, serta sebagian besar rambut dikepalanya didominasi oleh uban. Saya memanggilnya ketika dia tengah duduk di mulut lubang gorong-gorong untuk mengeluarkan tanah serta sampah.

Setelah kami berbincang, saya ketahui laki-laki tersebut bernama Surip. Diusianya yang ke-64, dia masih mau ikut turun tangan membantu bawahannya. Padahal orang tua yang bertempat tinggal di Jetis, Trimulyo, Bantul tersebut adalah seorang mandor di dalam timnya. Hal ini dikarenakan dirinya memang tidak bisa diam dan hanya mengamati teman-temannya bekerja.

Pada hari kerjanya – Senin-Sabtu – mereka harus tiba di kompleks Balai Kota Yogyakarta pukul 07.30 WIB. Di Dinas Kimpraswil mereka mengisi presensi yang telah disediakan oleh Hanung, Kepala Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil). “Setelah presensi, baru pergi ke tempat yang akan digarap,” kata Surip.

Mereka menaiki Tossa – motor roda tiga dengan bak dibagian belakang – bersama-sama saat berangkat. Setelah sampai di lokasi yang akan digarap, mereka lantas menurunkan peralatan yang akan dipakai untuk bekerja. Peralatan yang disediakan oleh Kepala Kimpraswil tersebut di antaranya adalah linggis, cangkul, kaos tangan, sepatu boot karet, dan masker.

Saat bekerja di lapangan, Surip mengaku tidak pernah ada pengawasan secara khusus dari pihak pemerintah. Tidak adanya pengawasan secara khusus ini karena pihak pemerintah sudah percaya dengan kinerja Surip. “Ya, saling percaya saja. Saya, kan, sudah berkepala enam. Jadi, sudah tidak perlu ditunggu,” tambah Surip.

Namun Hanung berkata lain, pihak pemerintah juga mengamati kinerja Pasukan Kuning walaupun hanya sesekali saja. Dan untuk mengamati mereka, pihak pemerintah sesekali lewat di daerah dimana Surip dan teman-temannya bekerja.

Apabila jam sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB, Surip beserta ketujuh temannya berhenti bekerja dan beristirahat sampai pukul 13.00 WIB. Untuk membeli makan siang, mereka harus memakai uang sendiri karena Kimpraswil tidak menyediakan uang makan. Setelah jam istirahat berakhir, mereka kembali bekerja menurut bagiannya masing-masing.

Alur Kerja Pasukan Kuning

Surip mengatakan bahwa dirinya mendapat mandat secara langsung dari Hanung. Ketika ada laporan kerusakan drainase yang masuk ke Dinas Kimpraswil, Hanung tidak langsung memberi tahu Surip untuk segera memperbaiki. Hal ini dikarenakan Kimpraswil selalu berusaha untuk menangani segala kerusakan berdasarkan skala prioritas.

“Yang kita prioritaskan adalah pengamanan dengan cara memasang rambu-rambu dulu supaya tidak membahayakan pengguna jalan. Berdasarkan Standar Operasional Prosedurnya (SOP )kan dipasang pengaman dulu, rambu-rambu supaya pengendara itu hati-hati. Jarak rambu-rambu dengan kerusakan kurang lebih 50 meter,” jelas Hanung.

Hanung menambahkan bahwa ada pekerja tersendiri yang setiap harinya bertugas untuk berkeliling guna memantau genangan yang disebabkan oleh tersumbatnya drainase, dsb. Ketika ada laporan masalah kerusakan drainase, bagian inilah yang turun ke lapangan untuk mengeceknya. “Seumpama di sini ada laporan kerusakan, merekalah yang mengecek,” tambah Hanung. Setelah dipasang rambu-rambu, Hanung kemudian memberi tahu Surip bahwa ada kerusakan drainase. Keesokan harinya, Surip dan timnya berangkat ke tempat kerusakan.

Sebab Tersumbatnya Gorong-Gorong

Tanah liat serta batu kecil yang terbawa oleh air hujan dan masuk ke dalam gorong-gorong terkadang mengendap. Hal ini dapat menyebabkan air yang akan mengalir melalui gorong-gorong tersebut berhenti dan menggenang. Tanah yang menjadi penghalang lajunya air di dalam gorong-gorong ini lah yang hampir setiap hari dibersihkan oleh Pasukan Kuning.

Bukan hanya tanah serta batu saja yang menjadi penghalang lajunya air. Pasukan Kuning juga sering kali menjumpai sampah rumah tangga di dalam gorong-gorong yang turut menjadi penghalang laju air.

Surip merasa kesal apabila melihat ada orang yang membuang sampah. Dan apabila ada oknum yang tertangkap basah membuang sampah sembarang, maka Surip ataupun salah satu anggota Pasukan Kuning menghampiri serta memperingatkannya. “Kalau masih bandel maka akan dilaporkan,” tambah Surip.

Belum Dapat Asuransi Kesehatan

Hanung mengaku sedang mengusahakan agar Pasukan Kuning mendapat asuransi kesehatan. Menurutnya asuransi kesehatan penting untuk Pasukan Kuning. “Mengingat apabila nanti akan terjadi kecelakaan,” ucap Hanung.

Usaha untuk memberikan asuransi kesehatan kepada Pasukan Kuning tidaklah mudah, mengingat status mereka hanyalah buruh harian, bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kendati mengalami kesulitan, Hanung tetap berusaha agar Pasukan Kuning mendapatkan asuransi kesehatan. “Mungkin lewat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja-red) atau apa, yang penting dapat asuransi,” tambah Hanung.

Sebagai pengganti jaminan kesehatan bagi Pasukan Kuning, untuk sementara waktu, Dinas Kimpraswil bersedia bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan kerja yang menimpa mereka.

Kendati belum mendapatkan asuransi kesehatan, Pasukan Kuning tidak pernah mengeluhkan hal itu. Terlebih lagi sampai saat ini tidak pernah terjadi kecelakaan kerja yang parah. Kecelakaan yang pernah terjadi hanyalah terinjak paku. “Ketoke yo mung serempetan ngoten, mung serempetan biasa, terus kerjo meneh koyo biasa. Nek kecelakaan berat ki dereng wonten. (Sepertinya hanya serempetan, hanya serempetan biasa, lalu bekerja lagi seperti biasa. Kalau kecelakaan berat belum pernah ada),” tambah Surip.

Surip menambahkan bahwa sampai saat ini jarang sekali terjadi kecelakaan kerja yang menimpa Pasukan Kuning. Apabila terjadi kecelakaan kerja yang menimpa Pasukan Kuning, hal itu masih menjadi tanggung jawab Kimpraswil. “ Pemerintah yang mengurus. Yang mengobati, ya, pemerintah. Kalau parah nanti akan dibawa ke Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat-red), lalu notanya diberikan ke kantor dan langsung akan mendapatkan ganti ruginya, ” terang Surip.

Gaji Satu Bulan Sesua dengan UMR Kota Jogja

Surip menceritakan gaji Pasukan Kuning. Menurutnya, gaji yang diterima dari Kimpraswil sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih lagi Surip hanya menanggung hidup dirinya dan istrinya. Ketiga anaknya sudah berkeluarga dan tidak satu atap lagi dengan Surip. Jadi, Surip tidak membutuhkan terlalu banyak uang untuk bertahan hidup serta menafkahi istrinya.

Hanung juga menjelaskan terkait gaji Pasukan Kuning. Ia menegaskan bahwa gaji Pasukan Kuning sudah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kota Jogja yaitu Rp947.114,00. Namun, gaji tiap Pasukan Kuning tidaklah sama. Hal ini dikarenakan Pasukan Kuning dibagi menjadi tiga kelas. Ketiga kelas tersebut adalah laden tukang, tukang, dan mandor sebagai kelas tertinggi dalam Pasukan Kuning.

Laden tukang yang membantu tukang mendapatkan gaji Rp42.500,00 per harinya. Gaji tukang sebesar Rp48.000,00 per hari. Surip, sang mandor, setiap hari kerja menerima gaji Rp54.000,00. “Masih ada standarnya. Nanti kalau dihitung sampai satu bulan ya ketemunya UMR. Dan makin tinggi kedudukannya, ya makin tinggi juga gajinya,” tambah Hanung.

Hari Libur Tetap Bekerja

Seperti halnya PNS, mereka juga tidak berangkat kerja ketika hari minggu dan hari libur nasional. Namun, tidak semua anggota Pasukan Kuning dapat istirahat di hari liburnya. Surip mengatakan, di antara kedelapan Pasukan Kuning harus ada yang berangkat untuk piket ketika hari libur. Entah itu satu ataupun dua orang, harus ada yang siap siaga berada di kantor Kimpraswil. Hal ini bertujuan agar ada yang memberi rambu-rambu ketika terjadi kerusakan di drainase jalan saat hari libur. Baru kemudian digarap oleh Pasukan Kuning ketika hari kerja tiba.

Pasukan Kuning dapat meninggalkan tempat kerja pukul 15.30 WIB. Namun, Pasukan Kuning harus terlebih dahulu kembali ke Balai Kota untuk mengambil kendaraan pribadi masing-masing. Dan juga presensi apabila ada anggota Pasukan Kuning yang belum mengisi presensi pada pagi hari. “Kalau pagi presensi, sore tidak. Kalau pagi tidak presensi, sore baru presensi,” tambah Surip.

Baca lebih bagus di Berita Jogja


Jangan lupa untuk meninggalkan komentar di bawah. Karena menurut saya, sebuah komentar adalah bentuk apresiasi paling sederhana. Terlebih komentar adalah sebuah penghargaan daripada hanya melihat, menengok terus pergi. Jadi, jangan segan untuk berkomentar.




Tag : jogja
0 Komentar untuk "Balada Pasukan Kuning"

Back To Top